ANALISIS
PERBANDINGAN SASTRA LAMA DAN SASTRA BARU
DI
S
U
S
U
N
OLEH : ELSA
MAIA
GURU PEMBIMBING : TRIDIAWATI S.Pd
MADRASAH
ALIYAH NEGRI MODEL JAMBI
TAHUN
AJARAN 2012 - 2013
|
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Alah SWT. Tuhan
semesta alam yang telah melimpah kan rahmat dan hidayah nya sehingga penulis
mampu untuk menyelsai kan karya tulis ini yang berjudul “Analisis Perbandingan
Sastra Lama dan Sastra Baru” . Walau pun dalam proses pembuatan karya tulis ini
penulis mendapat beberapa hambatan dan masalah tapi dengan bantuan beberapa
pihak dan dengan seizin Dzat yang maha kuasa akhir nya penulis bisa menyelesasi kan karya
tulis ini.
Karya tulis ini di buat sebagai
pelengkap tugas pelajaran Bahasa Indonesia semester satu, dan sebagai bukti
bahwa penulis mengerti teori dari materi
yang telah di ajar kan di sekolah.
Semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Penulis menyadari bahwa dalam karya tulis ini
masih banyak kekurangan dan terdapat bnyak kelemahan, oleh karna itu kritik dan
saran dari para pembaca sangat di harap kan dan akan di terima penulis dengan
senang hati demi penyempurnaan karya tulis ini di masa menatang.
Jambi, 11 November 2012
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
pengantar
Daftar
isi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan penulisan
1.4 Metode penulisan
BAB II
LANDASAN TEORI
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Setiap bangsa pasti memiliki ciri khas yang
mencermin kan kebiasaan bangsa serta kehidupan mereka, di Indonesia karya sastra di bagi menjadi
sangat banyak, menurut mereka para sastrawan,
sastra adalah sebuah jenis tulisan yang memiliki arti dan keindahan
tertentu yang mana di dalam tulisan tulisan tersebut mereka dapat mencurah kan segenap perasaan
nya , mereka juga bisa menggunakan perasaan nya untuk merangkai kata kata indah
serta memuncul kan ide ide cemerlang sehingga nanti nya bisa menghasil kan
karya sastra yang menarik dan di minati oleh khalayak ramai.
Karya sastra tidak hanya dapat di buat oleh
sastrawan sastrawan terkenal tetapi karya sastra juga dapat di buat oleh orang
orang yang tidak berprofesi sebagai sastrawan contoh nya
pelajar,siswa,guru,petani, atau pun masyarakat umum lain nya, karya sastra akan
menjadi indah dan menarik jika sastra tersebut
memiliki sebuah keistimewaan yang menonjol dan berkesan.
Pada akhir tahun 20-an dan akhir tahun 45-an
sastra di Indonesia mengalami perubahan sedikit demi sedikit, apa yang menyebab
kan perubahan tersebut ? mengapa pada setiap tahun sastra mengalami perubahan
dari sebelum nya ? kemudian apa kah
faktor faktor yang menyebab kan perubahan yang sedikit menonjol tapi perbedaan nya sangat tampak dan sangat
terlihat ?
B. Rumusan masalah
Perubahan
perubahan sastra di indonsia bisa menghasil kan karya yang berbentuk positif
dan Negatif. Contoh dalam hal positif
adalah hasil karya karya sastra dapat menembus dunia internasional seperti sebuah hasil karya sastra
habiburrahman yang berbentuk novel
dengan judul ayat ayat cinta ,
ketika cinta bertasbih dan sebagai nya . contoh dalam hal negative adalah
hilang nya nilai khas sastra daerah dan terpengaruh nya hasil hasil karya
tersebut dengan b udaya barat, seperti
karya karya Freddy s. dan Maria Cecilia yang tentu saja sangat jauh dan bertentangan
dengan budaya timur.
C. Tujuan
Penulisan
● Untuk mengetahui perbedan perbedaan karya sastra
lama dan
Karya sastra modern
● untuk memahami penyebab penyebab
terjadi nya perrubahan
● untuk membahas lebih detail
tentang sastra sastra di Indonesia
D. Metode
penulisan
Pengamatan dan pencarian yang di
ambil dari berbagai sumber.
BAB II Landasan teori
Hasil sastra di Indonesia, khususnya sastra lama, sangat banyak jumlahnya. Sastra lama ini sebagian besar dipengaruhi oleh kebudayaan daerah setempat dan kebudayaan asing yang sedang berkembang pada masa itu. Berdasarkan pengaruh budaya, sastra Indonesia lama digolongkan menjadi empat golongan, yaitu:
(1) Sastra tradisional
Sastra tradisional biasa juga disebut dengan sastra rakyat ialah suatu golongan cerita yang hidup dan berkembang secara turun-temurun, dari generasi ke generasi. Cerita ini hidup di kalangan rakyat, biasanya disampaikan secara lisan, sehingga disebut juga sebagai sastra lisan. Ciri sastra tradisional adalah ceritanya sederhana, bersifat istana sentris, dan anonim (tidak diketahui pengarangnya). Ada beberapa jenis karya sastra tradisional, yaitu mantera, peribahasa, pantun, teka-teki, cerita binatang, cerita jenaka, dan cerita pelipur lara.
(2) Sastra Indonesia lama pengaruh Hindu
Agama Hindu merupakan agama yang pertama kali memengaruhi rakyat Indonesia. Pengaruh ini tidak hanya dalam hal kepercayaan saja, tetapi juga dalam hasil-hasil kebudayaan, termasuk karya satra. Hasil sastra Indonesia lama yang mendapat pengaruh Hindu antara lain adalah Hikayat Sri Rama, Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Sang Boma, serta Hikayat Kalilah dan Daminah. Hikayat pada umumnya berisi kisah, cerita, dan dongeng tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian, serta mukjizat tokoh utama. Fungsi hikayat adalah sebagai penghibur, pelipur lara, dan pembangkit semangat juang.
(3) Sastra Indonesia lama pengaruh Islam
Dengan masuknya pedagang Islam ke Indonesia, masyarakat Indonesia mengenal budaya asing yang baru selain Hindu. Nenek moyang kita mulai mengenal sistem perdagangan. Dalam berinteraksi dengan pedagang yang berasal dari Timur Tengah, mereka menggunakan bahasa Arab-Melayu sehingga pada masa itu karya sastra yang dihasilkan juga menggunakan bahasa Arab-Melayu. Pada zaman itu karya sastra juga mulai dituliskan. Hasil sastra Indonesia lama pengaruh Islam ini dapat dibagi dalam beberapa golongan, yaitu kisah tentang para nabi, hikayat tentang Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, cerita pahlawan Islam, cerita tentang ajaran dan kepercayaan Islam, cerita-cerita dongeng yang bernafaskan islam, serta cerita tentang mistik atau tasawuf.
(4) Sastra Indonesia lama pengaruh peralihan
Yang dimaksud dengan sastra pengaruh peralihan dalam sastra Indonesia lama ialah sastra Indonesia lama yang mengandung unsur Hindu dan Islam. Karya sastra yang termasuk dalam golongan ini sebagian besar ditulis dengan huruf Arab-Melayu. Dalam sastra ini juga dimasukkan unsur Islam yang berupa kata atau kalimat yang bernafaskan Islam. Ciri-ciri sastra pengaruh peralihan di antaranya adalah:
(a) Cerita berasal dari India, yang memiliki ciri-ciri seperti tokoh utama menggunakan benda-benda keramat, ada tokoh raksasa atau binatang yang menawan putri raja, garuda yang membinasakan negeri, sayembara untuk memilih suami, tokoh yang bertapa untuk mendapatkan kesaktian, dan orang yang mati dapat hidup kembali.
(b) Ada unsur Islam dalam cerita, misalnya pemberian nama yang bernapaskan Islam pada judul cerita, seperti "Hikayat Marakarma" diganti dengan nama "Hikayat si Miskin", tokoh cerita ditambah dengan tokoh para nabi atau pahlawan Islam, ajaran Islam ditambahkan dalam cerita, serta penggunaan kata Allah SWT sebagai pengganti nama dewata mulia.
BAB III Pembahasan
A. Pengertian Sastra
Sastra Dalam Pengertian Umum
Sastra (Sanskerta: shastra)
merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta ‘Sastra’, yang berarti
“teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata
dasar ‘Sas’ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan ‘Tra’ yang
berarti “alat” atau “sarana”. Dalam bahasa Indonesia kata ini biasa
digunakan untuk merujuk kepada “kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang
memiliki arti atau keindahan tertentu.
Yang agak bias adalah pemakaian istilah
sastra dan sastrawi. Segmentasi sastra lebih mengacu sesuai defenisinya sebagai
sekedar teks. Sedang sastrawi lebih mengarah pada sastra yang kental nuansa
puitis atau abstraknya. Istilah sastrawan adalah salah satu contohnya,
diartikan sebagai orang yang menggeluti sastrawi, bukan sastra.
Selain itu dalam arti kesusastraan,
sastra bisa dibagi menjadi sastra tertulis atau sastra lisan (sastra
oral). Di sini sastra tidak banyak berhubungan dengan tulisan, tetapi
dengan bahasa yang dijadikan wahana untuk mengekspresikan pengalaman
atau pemikiran tertentu.
Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan
Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat sedangkan Puisi adalah
karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh karya
Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun, dan Syair sedangkan contoh karya sastra
Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.
Pengertian Sastra Menurut Para Ahli
Mursal
Esten (1978 : 9)
Sastra atau Kesusastraan adalah
pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan
manusia. (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang
positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
Semi (1988 : 8 )
Sastra. adalah suatu bentuk dan hasil
pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya
menggunakan bahasa sebagai mediumnya.
Panuti Sudjiman (1986 : 68)
Sastra sebagai karya lisan atau tulisan
yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan,
keindahan dalam isi, dan ungkapanya.
Ahmad Badrun (1983 : 16)
Kesusastraan adalah kegiatan seni yang
mempergunakan bahasa dan garis simbol-simbol lain sebagai alai, dan bersifat
imajinatif.
Engleton (1988 : 4)
Sastra adalah karya tulisan yang halus
(belle letters) adalah karya yang mencatatkan bentuk bahasa. harian dalam
berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan,
dipanjangtipiskan dan diterbalikkan, dijadikan ganjil.
Plato
Sastra adalah hasil peniruan atau
gambaran dari kenyataan (mimesis). Sebuah karya sastra harus merupakan
peneladanan alam semesta dan sekaligus merupakan model kenyataan. Oleh karena
itu, nilai sastra semakin rendah dan jauh dari dunia ide.
Aristoteles
Sastra sebagai kegiatan lainnya melalui
agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.
Robert Scholes (1992: 1)
Tentu saja, sastra itu sebuah kata,
bukan sebuah benda
B.
Perkembangan
sastra di Indonesia
Ketika kita membahas
masalah perkembangan sastra Indonesia, bayangan kita seringkali tertuju pada
angkatan-angkatan sastra Indonesia, seperti angkatan 1920-an atau disebut juga
angkatan Balai Pustaka; angkatan 1933, yang disebut juga angkatan Pujangga Baru;
angkatan 1945 yang disebut angkatan Pendobrak, dan angakatn 1966 atau disebut
juga angkatan Orde Lama.
Angkatan 1920-an
identik dengan novel Marah Rusli berjudul Siti Nurbaya; angkatan 1933
dengan tokoh sastrawannya Sutan Takdir Alisahbana (dalam bidang prosa) dan Amir
Hamzah (bidang puisi). Angjatan 1945 dengan tokoh sentralnya, Chairil Anwar
dengan puisi-puisinya yang sangat monumental berjudul Aku. Angkatan 1966
dengan tokoh centralnya Dr. Taufik Ismail dengan kumpulan puisinya berjudul Tirani
dan Benteng.
Pembagian angkatan
seperti itu dikemukakan oleh Hans Bague Jassin (H.B. Jassin), seorang ahli
sastra Indonesia yang sering disebut-sebut sebagai Paus Sastra Indonesia. Tentu
boleh-boleh saja kita setuju dengan pembagian seperti itu, apalagi memang kepakaran
H.B. Jassin dalam mengapresiasi sastra Indonesia cukup mumpuni. Tetapi yang
lebih penting kita ketahui adalah bahwa sastra Indonesia dari masa ke masa
mengalami perkembangan.
Menarik untuk
diperhatikan bahwa perkembangan sastra Indonesia berbanding lurus dengan
perkembangan dunia pendidikan di Indonesia. Pendidikan di Indonesia, terutama
pendidikan formal, dimulai tahun 1900-an, yaitu ketika penjajah Belanda
membolehkan bangsa boemi poetra (sebutan untuk orang Indonesia oleh
Belanda) memasuki pendidikan formal. Tentu saja pendidikan formal saat itu
adalah milik penjajah Belanda.
Karena genre sastra
terdiri dari tiga bentuk (yaitu puisi, prosa, dan drama), maka ada baiknya kita
menganalisis perkembangan genre sastra ini dari tiga bentuk itu. Dengan
demikian, dalam pembelajaran ini Anda akan menganalisis perkembangan puisi,
prosa, dan drama dalam lingkup sastra Indonesia.
Perkembangan Puisi
Dilihat dari segi
kewaktuan, puisi Indonesia dibedakan menjadi puisi lama dan puisi modern. Puisi
lama Indonesia umumnya berbentuk pantun atau syair. Dan bersifat anonim karena
tidak disebutkan siapa pengarangnya. Puisi lama menjadi milik masyarakat.
Puisi modern, atau
puisi baru, berkembang sejak bangsa Indonesia mengenal pendidikan formal. Maka
puisi modern Indonesia mulai muncul tahun 1920-an karena pada tahun itulah
bangsa terdidik Indonesia mulai muncul. Sejak itu puisi baru Indonesia terus
berkembang.
Penyair Pujangga Baru
Ketika kita membahas masalah perkembangan sastra Indonesia, bayangan kita seringkali tertuju pada angkatan-angkatan sastra Indonesia, seperti angkatan 1920-an atau disebut juga angkatan Balai Pustaka; angkatan 1933, yang disebut juga angkatan Pujangga Baru; angkatan 1945 yang disebut angkatan Pendobrak, dan angakatn 1966 atau disebut juga angkatan Orde Lama.
Karena genre sastra terdiri dari tiga bentuk (yaitu puisi, prosa, dan drama), maka ada baiknya kita menganalisis perkembangan genre sastra ini dari tiga bentuk itu. Dengan demikian, dalam pembelajaran ini Anda akan menganalisis perkembangan puisi, prosa, dan drama dalam lingkup sastra Indonesia.
Perkembangan Puisi
Dilihat dari segi kewaktuan, puisi Indonesia dibedakan menjadi puisi lama dan puisi modern. Puisi lama Indonesia umumnya berbentuk pantun atau syair. Dan bersifat anonim karena tidak disebutkan siapa pengarangnya. Puisi lama menjadi milik masyarakat.
Puisi modern, atau puisi baru, berkembang sejak bangsa Indonesia mengenal pendidikan formal. Maka puisi modern Indonesia mulai muncul tahun 1920-an karena pada tahun itulah bangsa terdidik Indonesia mulai muncul. Sejak itu puisi baru Indonesia terus berkembang. Sejarah perpuisian Indonesia mencatat beberapa penyair berikut:
I Angkatan Balai Pustaka-Angkatan ‘66
1. Muhammad Yamin
2. Roestam Effendi
3. Sanusi Pane.
dll
2. Angkatan Pujangga Baru
1. Amir Hamzah
2. J.E. Tatengkeng
3. Sutan Takdir Alisjahbana
dll
3. Angkatan 45
1. Chairil Anwar
2. Sitor Situmorang
3. Asrul Sani
4. Harijadi S. Hartowardijo
dll
4. Angkatan 66
1. Rendra
2. Ramadhan K.H.
3. Toto Sudarto bachtiar
4. Sapardi Djoko Damono
5. Angkatan 70-an
1. Sutardji Calzoum Bachri
2. Yudhistira Ardinugraha
3. Linus Suryadi A.G.
4. Leon Agusta
5. Hamid Jabar
6. Angkatan 90-an
1. Sides Sudyarto D.S.
2. Rahim Qahhar
3. Arwan Tuti Arta
4. Gunoto saparie
5. Rusli Marzuki Saria
7. Angkatan 2000
1. Nenden Lilis Aisyah
2. Mohamad Wan Anwar
3. Jamal D. Rahman
4. Djahjono Widianto
5.Djahjono Widarmanto dll
Penyebutan nama-nama di atas tentu saja masih belum lengkap karena penyair-penyair Indonesia yang tersebar di berbagai daerah masih banyak. Boleh jadi jumlahnya sampai ratusan, bahkan ribuan. Yang tercatat di atas hanyalah penyair-penyair yang secara intens kerap muncul di media massa dengan karya-karyanya, baik karya berbentuk puisi itu sendiri maupun esai-esainya. Dan oleh pengamat sastra (kritikus) dicatat namanya sebagai penyair yang karyanya layak disebut puisi-puisi yang bermutu.
Contoh – Contoh puisi penyair tersebut di atas adalah :
Amir Hamzah
Disebut-sebut sebagai Raja Penyair Pujangga Baru,
Padamu Jua
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kemvbali aku padaMu
Seperti dahulu
Engkaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila saar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihku sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan diliranku
Mati hari bukan kawanku
Ketika kita membahas masalah perkembangan sastra Indonesia, bayangan kita seringkali tertuju pada angkatan-angkatan sastra Indonesia, seperti angkatan 1920-an atau disebut juga angkatan Balai Pustaka; angkatan 1933, yang disebut juga angkatan Pujangga Baru; angkatan 1945 yang disebut angkatan Pendobrak, dan angakatn 1966 atau disebut juga angkatan Orde Lama.
Karena genre sastra terdiri dari tiga bentuk (yaitu puisi, prosa, dan drama), maka ada baiknya kita menganalisis perkembangan genre sastra ini dari tiga bentuk itu. Dengan demikian, dalam pembelajaran ini Anda akan menganalisis perkembangan puisi, prosa, dan drama dalam lingkup sastra Indonesia.
Perkembangan Puisi
Dilihat dari segi kewaktuan, puisi Indonesia dibedakan menjadi puisi lama dan puisi modern. Puisi lama Indonesia umumnya berbentuk pantun atau syair. Dan bersifat anonim karena tidak disebutkan siapa pengarangnya. Puisi lama menjadi milik masyarakat.
Puisi modern, atau puisi baru, berkembang sejak bangsa Indonesia mengenal pendidikan formal. Maka puisi modern Indonesia mulai muncul tahun 1920-an karena pada tahun itulah bangsa terdidik Indonesia mulai muncul. Sejak itu puisi baru Indonesia terus berkembang. Sejarah perpuisian Indonesia mencatat beberapa penyair berikut:
I Angkatan Balai Pustaka-Angkatan ‘66
1. Muhammad Yamin
2. Roestam Effendi
3. Sanusi Pane.
dll
2. Angkatan Pujangga Baru
1. Amir Hamzah
2. J.E. Tatengkeng
3. Sutan Takdir Alisjahbana
dll
3. Angkatan 45
1. Chairil Anwar
2. Sitor Situmorang
3. Asrul Sani
4. Harijadi S. Hartowardijo
dll
4. Angkatan 66
1. Rendra
2. Ramadhan K.H.
3. Toto Sudarto bachtiar
4. Sapardi Djoko Damono
5. Angkatan 70-an
1. Sutardji Calzoum Bachri
2. Yudhistira Ardinugraha
3. Linus Suryadi A.G.
4. Leon Agusta
5. Hamid Jabar
6. Angkatan 90-an
1. Sides Sudyarto D.S.
2. Rahim Qahhar
3. Arwan Tuti Arta
4. Gunoto saparie
5. Rusli Marzuki Saria
7. Angkatan 2000
1. Nenden Lilis Aisyah
2. Mohamad Wan Anwar
3. Jamal D. Rahman
4. Djahjono Widianto
5.Djahjono Widarmanto dll
Penyebutan nama-nama di atas tentu saja masih belum lengkap karena penyair-penyair Indonesia yang tersebar di berbagai daerah masih banyak. Boleh jadi jumlahnya sampai ratusan, bahkan ribuan. Yang tercatat di atas hanyalah penyair-penyair yang secara intens kerap muncul di media massa dengan karya-karyanya, baik karya berbentuk puisi itu sendiri maupun esai-esainya. Dan oleh pengamat sastra (kritikus) dicatat namanya sebagai penyair yang karyanya layak disebut puisi-puisi yang bermutu.
Contoh – Contoh puisi penyair tersebut di atas adalah :
Amir Hamzah
Disebut-sebut sebagai Raja Penyair Pujangga Baru,
Padamu Jua
Habis kikis
Segala cintaku hilang terbang
Pulang kemvbali aku padaMu
Seperti dahulu
Engkaulah kandil kemerlap
Pelita jendela di malam gelap
Melambai pulang perlahan
Sabar, setia selalu
Satu kekasihku
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
Di mana engkau
Rupa tiada
Suara sayup
Hanya kata merangkai hati
Engkau cemburu
Engkau ganas
Mangsa aku dalam cakarmu
Bertukar tangkap dengan lepas
Nanar aku, gila saar
Sayang berulang padamu jua
Engkau pelik menarik ingin
Serupa dara di balik tirai
Kasihku sunyi
Menunggu seorang diri
Lalu waktu-bukan diliranku
Mati hari bukan kawanku
Chairil
Anwar
Aku
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Willibrordus Surendra (W.S. Rendra)
Episode
Kami duduk berdua
Di bangku halaman rumahnya.
Pohon jambu di halaman iti
Berbuah dengan lebatnya
Dan kami senang memandangnya.
Angin yang lewat
Memainkan daun yang berguguran.
Tiba-tiba ia berkata:
“Mengapa kancingbajumu lepas terbuka?”
Aku hanya tertawa.
Lalu ia sematkan dengan mesra
Sebuah peniti menutup bajuku.
Sementara itu
Aku bersihkan guguran bunga jambu
Yang mengotori rambutnya
Perbandingan karya sastra lama dan karya sastra modern
Aku
Kalau sampai waktuku
Kumau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
Maret 1943
Willibrordus Surendra (W.S. Rendra)
Episode
Kami duduk berdua
Di bangku halaman rumahnya.
Pohon jambu di halaman iti
Berbuah dengan lebatnya
Dan kami senang memandangnya.
Angin yang lewat
Memainkan daun yang berguguran.
Tiba-tiba ia berkata:
“Mengapa kancingbajumu lepas terbuka?”
Aku hanya tertawa.
Lalu ia sematkan dengan mesra
Sebuah peniti menutup bajuku.
Sementara itu
Aku bersihkan guguran bunga jambu
Yang mengotori rambutnya
Perbandingan karya sastra lama dan karya sastra modern
Perbandingan Karya Sastra Lama dan
Sastra Baru Modern: Pada perkembangannya, sastra Indonesia terbagi menjadi
beberapa periode. Secara umum, sastra Indonesia dapat dikelompokkan menjadi
sastra Indonesia lama dan modern. Sastra Indonesia lama atau klasik adalah
karya sastra yang berkembang sebelum ada pengaruh dari kebudayaan luar,
khususnya kebudayaan Barat. Sastra lama diperkirakan lahir pada tahun 1500
sampai abad XIX. Adapun sastra Indonesia baru atau modern adalah karya sastra
yang berkembang setelah adanya pengaruh kebudayaan Barat pada awal abad XX.
Beberapa kritikus sastra telah
mengemukakan pendapatnya mengenai periodisasi sastra Indonesia ini,
yakni sebagai berikut:
1. Zuber Usman berpendapat bahwa periodisasi sastra terbagi
atas:
a.
Kesusastraan lama
b.
Zaman peralihan
c.
Kesusastraan baru
1)
Zaman Balai Pustaka (1908)
2)
Zaman Pujangga Baru (1933)
3)
Zaman Jepang (1942)
4)
Zaman Angkatan ’45 (1945)
2. H.B. Jassin berpendapat bahwa periodisasi sastra dibagi
menjadi:
a.
Sastra Melayu
b.
Sastra Indonesia Modern
1)
Angkatan ’20
2)
Angkatan ’33
3)
Angkatan ’45
4)
Angkatan ’66
5)
Angkatan ’80
Dan dua pendapat tersebut, dapatlah
diketahui bahwa karya-karya sebelum Angkatan ’20-an atau Balai Pustaka termasuk
sastra Indonesia lama. Karya sastra lama, di antaranya hikayat, mite, fabel,
legenda, pantun, syair, gurindam, dan mantera. Adapun karya-karya yang dimulai
pada masa Balai Pustaka hingga perkembangannya sampai sekarang termasuk sastra
Indonesia barn atau modern. Karya sastra Indonesia barn atau modem terbagi atas
tiga jenis, yakni prosa (contoh: roman, novel, dan cerpen), puisi, dan drama.
Karya sastra terbagi ke dalam karya
sastra lama dan modern, baik dalam genre (jenis) puisi maupun prosa. Ciri karya
sastra lama secara umum adalah bahasa yang dipergunakannya dan identitas
penulisnya. Bahasa yang digunakan dalam karya sastra lama umumnya adalah Bahasa
Melayu lama dan identitas penulis atau pengarangnya tidak diketahui (anonim).
Secara khusus, puisi maupun prosa mempunyai ciri-ciri tersendiri.
Ciri puisi lama adalah terikat oleh jumlah
larik dalam setiap baitnya (setiap bait terdiri atas 4 larik), rima akhir dalam
setiap lariknya bernada a-b-a-b, setiap bait terdiri atas sampiran dan isi,
clan setiap lariknya terdiri alas 8-12 suku kata. Adapun ciri puisi modern
adalah tidak terikat dengan jumlah larik, berirama bebas pada akhir lariknya,
tiap bait merupakan isi, dan tidak terikat pada jumlah suku kata dalam setiap
lariknya.
Pebandingan Karya Sastra Lama Klasik dan Modern:
Sastra Lama
a.
Puisi berbentuk terikat dan kaku
b.
Prosa lama statis (sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami
perubahan lambat)
c.
Istana sentris (cerita berkisah tentang kerajaan atau keluarga raja)
d.
Prosa hampir seluruhnya berbentuk hikayat atau dongeng. Pembaca dibawa ke alam
khayal.
e.
Dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan Arab
f.
Pengarangtiya tidak diketahui (anonim)
Sastra Modern
a.
Puisi bersifat bebas, baik bentuk maupun isinya
b.
Prosa baru dinamis (selalu berubah dengan perkembangan masyarakat)
c.
Masyarakat sentris (mengambil bahan dan kehidupan sehari-hari)
d.
Karya sastra (puisi, novel, cerpen, drama) berdasarkan dunia nyata.
e.
Dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
f.
Pengarangnya diketahui dengan jelas
C. Manfaat sastra
Manfaat Sastra
Horatius mengatakan bahwa manfaat sastra itu berguna dan
menyenangkan. Secara lebih jelas dapat dijelaskan sebagai berikut.
A. Karya
sastra dapat membawa pembaca terhibur melalui berbagai kisahan yang disajikan pengarang
mengenai kehidupan yang ditampilkan. Pembaca akan memperoleh pengalaman batin
dari berbagai tafsiran terhadap kisah yang disajikan.
B. Karya
sastra dapat memperkaya jiwa/emosi pembacanya melalui pengalaman hidup para
tokoh dalam karya.
C. Karya
sastra dapat memperkaya pengetahuan intelektual pembaca dari
gagasan, pemikiran, cita-cita, serta kehidupan masyarakat yang
digambarkan dalam karya.
D. Karya
sastra mengandung unsur pendidikan. Di dalam karya sastra terdapat nilai-nilai
tradisi budaya bangsa dari generasi ke generasi. Karya sastra dapat digunakan
untuk menjadi sarana penyampaian ajaran-ajaran yang bermanfaat bagi pembacanya.
E. Karya
sastra dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau penelitian tentang
keadaan sosial budaya masyarakat yang digambarkan dalam karya sastra tersebut
dalam waktu tertentu.
F. Masih
banyak manfaat sastra yang bagi satu pembaca berbeda dengan pembaca lainnya.
Sehingga beberapa pembaca yang menikmati buku yang sama bisa jadi memperoleh
pengalaman puitik yang berbeda.
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
Sastra
sastra di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini tidak hanya
di sebab kan oleh pengaruh dari luar
tetapi juga di sebab kan pengaruh dari dalam dengan kata lain perkembaungan
sastra Indonesia di pengaruhi oleh dua faktor yaitu ekternal dan internal.
Para
penyair dan sastrawan sangat berperan
dalam perkembangan sastra di Indonesia Hal ini memungkin kan bahwa sastra
Indonesia akan mengalami kemajuan yang sangat pesat dan tentu saja akan melahir kan
sastrawan-sastrawan baru yang berbakat di kalangan masyarakat Indonesia.
Karya
sastra lama dan karya sastra modern memiliki perbeaan yang sangat menonjol hal ini di sebab kan oleh kemajuan zaman dan
peradaban yang tidak sama.
B.
Saran
Dengan
ada nya hasil karya tulis ini penulisan mengharap kan para
pembaca dapat mengambil manfaat nya dan memberikan saran agar menjadi motivasi
dan acuan penulis agar mampu untuk menulis karya tulis yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, Taufik (ed). 2002.
Horison Sastra Indonesia 1: Kitab Puisi. Jakarta: Majalah Sastra Horison
Luxemburg, Jan Van. 1984. Pengantar Ilmu Sastra.
Jakarta: Gramedia
Mafrukhi, dkk. 2007. Kompeten
Berbahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pradopo, Rachmat Djoko. 1987.
Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University press
Semi, Antar.
1985. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa
Wellek, Rene dan Warren. 1989.
Teori Kesustraan. Jakarta: Gramedia